RENCANA INDAH DI BALIK SEBUAH INTEGRITAS

Setahun kemarin, merupakan perjalanan dalam hidup saya yang paling menyenangkan. Bagaimana tidak, saya berada di sebuah pulau yang menjadi pulau impian bagi semua orang, pulau paling timur Indonesia, Papua. Lebih tepatnya, saya berada di Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Sebuah pengalaman dan tantangan yang sangat luar biasa. pengalaman seumur hidup yang tak akan pernah terlupakan.
Sebut saja kami adalah segerombol anak muda yang sedang mencari jati diri hingga ke ujung timur Indonesia. Kami mengemban amanah yang cukup berat untuk kami jalankan, dan sekarang kami bisa menghela nafas bahwa kami telah melewati itu semua, melewati segala tantangan dan memecahkan teka-teki kehidupan selama setahun.
Kami berdelapan, mengemban amanah dari yayasan Indonesia Mengajar untuk setahun berada di pelosok negeri demi pendidikan yang lebih baik. Ya, tapi tenang, kami tidak akan pernah merasa sebagai super hero yang mampu menyelesaikan semua permasalahan yang ada di masyarakat. Karena sungguh sebenarnya kami butuh teman, kami butuh penggerak, dan kami butuh orang-orang yang juga peduli terhadap pendidikan. Kami tidak akan pernah bisa kerja sendiri untuk memajukan pendidikan di Indonesia.
Setahun yang sangat menyenangkan, saya bersama teman-teman memang sangat tergiur untuk menjelajahi Papua. terlebih lagi, kami sudah sangat dekat sekali dengan tempat yang menjadi icon Indonesia sebagai surga Indonesia. Tempat yang ingin sekali dituju oleh orang banyak, tempat yang menjadi destinasi wisata yang paling ciamik dan jika orang pergi kesana maka seakan-akan telah menaklukan rajanya destinasi wisata Indonesia (agak lebay).
Kabupaten Fakfak, dekat sekali dengan Raja Ampat. Kami hanya perlu naik kapal satu kali ke Sorong kemudian lanjut ke Raja Ampat, atau kami bisa mebeli paket tiket wisata ke Raja Ampat lewat PELNI. Sebagai seorang anak muda tentu tergiur sekali untuk pergi kesana. Hanya dengan mengeluarkan kocek sedikit maka akan sampailah ke surga Indonesia itu.
Sayang sangat disayang, Indonesia Mengajar tidak memperbolehkan untuk seorang Pengajar Muda pergi keluar Kabupaten apalagi perihal jalan-jalan selama masa penugasan berlangsung. Apabila melakukannya, maka Pengajar Muda telah melanggar tata aturan yang telah diberlakukan oleh Indonesia Mengajar. Apalagi, Pengajar Muda menjadi panutan dan sorotan di Kabupaten tersebut.
Tapi tenang saja, masyarakat luas tidak akan tahu bahwa kami tidak diperbolehkan untuk berpergian keluar kabupaten. Kami sempat berpikir bagaimana caranya agar kami bisa pergi kesana. Kami terus memikirkan caranya dan bahkan berpikir untuk tidak mengambil cuti tapi tetap pergi kesana. Sebenarnya sebuah pikiran yang agak tidak pantas untuk seorang guru. karena seoran guru yang mencontohkan baik kepada muridnya tapi ternyata melakukan hal tidak baik.
Sampailah di bulan November, dimana bulan itu mendekati sekali kepada musim liburan yang menyenangkan. Awalnya saya semangat sekali karena sudah direncanakan untuk pergi ke Raja Ampat di akhir tahun bersama teman-teman. Tapi sayang hal itu kami tunda. Kami putuskan untuk menundanya dikarenakan kami lebih memilih untuk sebuah acara “Jambore Dakwah Internasional” di Fakfak. Tetapi hingga pada akhirnya saya pun tidak pergi membantu panitia dikarenakan salah satu dari kami sakit Malaria, saya pun menjaga teman saya tersebut.
Bulan berganti bulan, saya bersama teman-teman masih saja mencari waktu yang pas untuk pergi ke Raja Ampat. Cek kapal sana sini, cek tiket kereta dan lain-lain. Hingga pada akhirnya hanya tinggal dua orang yang masih semangat untuk pergi ke Raja Ampat. Termasuk saya yang masuk ke dalam dua orang tersebut. Kemudian, di dalam kelompok sempat membahas integritas. Apa sih itu integritas? Apakah kita sudah berintegritas? Integritas, sudah menjadi bahasan saya semenjak di organisasi kuliah dahulu. Bahkan tag line dari organisasi saya ada kata integritasnya. Kemudian saya seperti flashback ke belakang. Mengingat bahwa dulu saya menjunjung integritas, tapi mengapa sekarang integritas saya menurun. Apa bedanya saya dengan orang-orang yang tidak berintegritas? Apa bedanya saya dengan orang-orang egois yang lebih mementingkan kepentingan pribadinya?
Saya merenung cukup lama. Saat itu, saya merasa bahwa saya bukanlah seorang guru yang baik. Saya memberi pelajaran kepada anak-anak saya untuk selalu mentaati peraturan yang ada, tidak boleh berbohong, dan selalu jujur. Tapi kenyataannya, saya justru ingin melanggar peraturan Indonesia Mengajar dengan berencana diam-diam pergi ke Raja Ampat ketika liburan tiba.
Setelah merenung cukup lama, saya dan teman-teman memutuskan untuk tidak pergi ke Raja Ampat. Biarlah itu menjadi surga Indonesia, karena sesungguhnya kampung penempatan kami tidak kalah jauh dengan Raja Ampat. Walaupun banyak orang yang menyayangkan keputusan kami, tapi kami tetap pada pendirian kami, mencoba belajar untuk berintegritas. Kami saling menguatkan dan percaya kepada Tuhan bahwa ada rencana indah di balik ini semua ketika kami belajar untuk menjaadi lebih baik.
Singkat cerita, Juni merupakan moment yang benar-benar paling sibuk sekali. Dimana kami harus menyambut Pengajar Muda penerus kami, mengcreate sebuah acara transisi dan mengurus kepulangan kami ke Jakarta. Satu hari sebelum keberangkatan kami menuju Jakarta, tiba-tiba saya mendapat telpon dari Ibu Sekda agar saya mengecek keberangkatan esok hari. Apakah jadi berangkat atau tidak. Saya jelas sangat terkejut, karena kami tidak mendapat pemberitahuan apa-apa bahwa penerbangan kami ada masalah.
Saya mencoba untuk tenang dan mengecek ulang ke maskapai. Setelah dicek, ya, ternyata benar, semua uang penumpang di refund, dan tidak ada keberangkatan sampai 1 minggu ke depan. Kemudian, saya dan korrdinator mengurus kesana kesini dan memikirkan cara bagaimana caranya kami agar tetap bisa pulang ke Jakarta dalam waktu yang tepat. Kemudian, setelah urus sana sini, akhirnya di detik-detik terakhir keberangkatan, kami baru mendapatkan full seat untuk terbang ke Sorong dengan cara membujuk maskapai yang lain menambah armadanya. Alhamdulillah, ucap syukur dari kami.
Kabar bahagia pun datang dari kantor Indonesia Mengajar. Bahwa kami harus bermalam 3 hari 2 malam di Sorong karena pesawat untuk lanjut ke Jakarta sudah dipesankan dan tanggal keberangkatannya 3 hari lagi. Sebenarnya antara perasaan sedih dan gembira pada saat itu. Sedih karena kami akan meninggalkan kebersamaan selama 3 hari dengan teman-teman Pengajar Muda angkatan VIII yang lainnya, senang karena kami akan melanjutkan petualangan kami di Sorong. Petualangan yang tak akan terlupakan, kami sudah dekat dengan Raja Ampat, dan peraturan penempatan sudah tidak berlaku karena masa tugas sudah selesai, oleh karena itu keputusan selanjutnya let’s go to Raja Ampat. Ya, walaupun hanya sehari semalam di Raja Ampat, saya bersama teman-teman sangat menikmati itu. Menikmati hadiah indah dari Tuhan akan sebuah integritas.

Best Regards,


Nur Cahaya

Komentar