Jokowi, begitulah
nama panggilan yang ia dapatkan dari teman-temannya dan juga orang tuanya. Nama
sebenarnya adalah Johan Kiliwait, biasa dipanggil Jon. Tetapi, semenjak nama
Presiden Jokowi naik ke permukaan, teman-teman dan juga orang tua Jon jadi
memanggilnya Jon. Ya, itulah salah satu budaya di Kampung Urat. Mereka
seringkali memberi nama anaknya sesuai dengan peristiwa yang sedang terjadi
pada saat itu.
Jon memang anak yang
pintar dan rajin. Jadi tidak salah teman-temannya memanggil Jon dengan sebutan
Jokowi karena Jon kecil yang pintar dan juga rajin memang mirip dengan Presiden
Jokowi yang pintar pula. Ia pun mengakui kalau dirinya adalah Jokowi, ia bangga
dengan nama itu. Karena cita-citanya sekarang berubah ingin menjadi presiden di
kemudian hari nanti. “Jon, kamu tidak marah toh namamu diubah oleh
teman-temanmu menjadi Jokowi”,tanya saya kepada Jon. “tara ada ibu, saya memang
Jokowi. Ya, saya memang si kecil presiden Jokowi, ahahaeee”, jawab Jon
ditimpali dengan ketawa khas Kampung Urat. Saya sangat terharu mendengar anak
kecil nan polos yang berbicara seperti itu.
Saya sangat tertarik
untuk mengetahui lebih dalam keseharian hidupnya di luar jam sekolah. Selama di
kampung saya senang untuk berjalan-jalan ke rumah murid-murid saya. Baru sampai
di depan tangga rumah Jon, saya sudah mendapatkan pemandangan yang membuat hati
saya tersentuh. Ya, saya melihat si kecil Jokowi sedang membaca buku memakai
pelita. Kemudian, saya mengobrol santai dengan mamanya Jon. Informasi yang saya
dapatkan lumayan banyak tentang Jon. Selain kesehariannya yang sering saya
lihat seperti menjaga adiknya, mencari pala jatuh, belajar, ternyata ada
kebiasaan yang saya tidak tahu. Setiap pagi Jon selalu bangun lebih awal untuk
membuat air panas, kemudian membangunkan orang tuanya, serta adiknya, lalu
mandi dan berangkat ke sekolah. Ketika pulang sekolah, si kecil Jokowi ini mencari
pala jatuh yang kemudian dijual sehingga uang yang didapat bisa untuk membantu
orang tuanya dan untuk ditabung. Sore harinya, ia menjaga adiknya sekalian
belajar. Begitu besar tanggung jawab yang dipegang oleh Jon untuk ukuran anak
SD kelas 4.
Pernah Jon bertanya
kepada mamanya, “ma, nanti aku kalau sudah SMP aku sekolah dimana ma, nanti
kalau aku sudah besar aku menjadi apa ma?”. Mamanya menjawab dengan tersenyum,
“nanti terserah Jon, mau SMP dimana, mau di kota kah, atau mau di Maluku tempat
kampung halaman kita, atau Jon mau ke Jawa juga boleh. Kalau kamu sudah besar
nanti kamu akan tahu sebenarnya kamu mau menjadi apa, makanya dari kecil kamu
harus punya cita-cita”. Begitulah sedikit percakapan yang saya tahu antara Jon
dan mamanya.
Sungguh saya terharu
mendengar pertanyaan anak yang polos itu. Saya hanya berdoa dan melakukan yang
terbaik yang saya bisa lakukan untuk mengantar anak-anakku ini menuju pintu
gerbang pendidikan yang lebih baik. Setidaknya mereka akan belajar banyak hal
dariku. Bismillah :)
Komentar
Posting Komentar