Hari
ini tepat hari ke-271 penempatan saya di Kampung Urat, Distrik Fakfak Timur,
Kab.Fakfak, Papua Barat. Yaa, saya memang termasuk orang yang rajin menghitung
hari karena setiap hari hampir selalu mencatat buku harian. Hehe ..
Pagi-pagi
sekali saya sudah dibangunkan oleh adik piara saya (adik angkat), Ita namanya.
Dia anak yang cantik, sangat baik, polos, dan sangat perhatian. Romantis juga
sih. Hehe. Kenapa saya bilang begitu? Karena banyak kejadian romantis antara
kakak dan adik terjadi disini. Salah satunya adalah kejadian hari ini.
Pagi-pagi memang saya dibangunkan untuk minum teh dan makan petatas goreng.
Kemudian, selesai makan, Nei beserta ketiga adik saya lainnya, Jaenal, Nur’ain,
dan Damar, pergi ke kota Fakfak, diantar oleh adik saya yang paling besar yaitu
Apang. Hanya bersisa saya, Ita, Oma, dan Om Sam di rumah. Sekitar pukul 10.30
WIT, saya dan Ita membersihkan ikan hasil pancingan kita kemarin malam,
kemudian memasak nasi dan menggoreng ikan.
“Ita,
sini biar kakak Ibu bantu eee, mana pisaunya?”, tanya saya kepada Ita. “eh,
sudah ibu, tara usah (tidak usah), biar beta saja yang bikin (kerjakan), Ibu
duduk saja”, jawab Ita sambil senyum-senyum kepada saya. “oh, tara papa mo (oh
tidak apa-apa) biar ibu bantu sudah, atau nanti ibu gorengkan saja eee, harus
mau”, balas saya dengan nada memaksa. “iyo sudah ibu”,jawab Ita.
Saya
duduk di dekat kompor untuk menggoreng ikan. Sambil mengobrol dengan Ita.
Kira-kira beginilah percakapan kami:
Ita : Ibu, beta menggambar sudah eeee, sambil temani ibu goreng ikan.
Saya : iyo sudah, tara papa Ita sayang.
Beberapa
menit kemudian ...
Saya : eh, ko gambar apakah? Coba ibu lihat dulu. (sambil mencuri-curi
mata untuk melihat kertasnya)
Ita : eh eh, tara boleh ibu, hahahaeee (jawab ita sambil tertawa ala
Papua)
Saya : lho kenapa ibu tara boleh lihat? Wah ada rahasianya kah ini?
Ita : tara ada, beta lagi tulis surat buat ibu, hahaaee (jawab Ita
sambil malu-malu)
Saya : waaaaah, mana mana suratnya? Sini biar Ibu baca...
Ita : ibu, baca pas saya ke dalam eeeee, ini ibu (Ita memberikan
surat itu kemudian berlari ke dalam rumah)
Saya : (hanya tersenyum malu) ..
Ita,
anak yang sangat manis sekali, beginilah isi suratnya:
“Ibu kamu memang baik hati
sama aku di sini ibu yang paling cantik sekali sama kita juga ko saya senang
sekali kamu ibu tingal di urat sampai bertahun tahun kesiane sekali dia suda
kasi belajar kita sampai pintar di sini. Ibu cahaya yang manis dan cantik
sekali”
biar
saya jelaskan kembali isi surat itu:
“Ibu kamu memang baik hati
sama aku di sini. Ibu yang paling cantik sekali sama kita juga ko. Saya senang
sekali. Kamu, ibu tinggal di urat sampai bertahun-tahun kasihan sekali. Dia
sudah ajarkan kita sampai pintar di sini. Ibu cahaya yang manis dan cantik
sekali.”
Ketika
saya membaca surat itu, rasanya ingin saya peluk Ita dengan erat-erat. Tapi
sayang, dia sudah kabur keluar karena malu. Ya Allah, terima kasih, engkau
telah memberikan saya keluarga piara yang so sweet seperti ini.
Catatan 8 Maret 2015
Komentar
Posting Komentar