“Hei
Cahaya, ada sebuah kejutan untuk kamu”, kata kakak Eka sambil menarik-narik
tangan saya untuk menuju ke sebuah ruangan.
Kakak
Eka, begitulah saya biasa memanggilnya di luar jam sekolah. beliau merupakan
salah satu guru kontrak di SD Inpres Urat, tempat saya mengajar. Kakak Eka
adalah penduduk asli Kampung Urat. Beliau termasuk guru yang paling aktif di
sekolah. Motto hidupnya adalah “selalu ambillah ilmu dari orang lain, karena
belajar itu bisa dari siapa saja”. Itulah yang selalu dipegang oleh Kakak Eka
dalam hidupnya. Satu kalimat yang paling aku ingat dari Kakak Eka adalah
“Cahaya, kalau kakak itu selalu memegang modal hidup adalah pena. Karena dengan
pena kakak bisa berhasil sampai sekarang”, Sungguh kalimat yang luar biasa dan
kalimat itulah yang selalu menyemangati beliau.
Hari itu,
saya lupa persisnya hari apa, saya pergi ke rumah Bapak Kepala Kampung. Maksud
dan tujuan adalah ingin sekali ada dukungan dari Bapak Kepala Kampung untuk
pembangunan perpustakaan di bawah kampung (kampung bagian bawah). Mengapa saya
ingin ada perpustakaan di bawah kampung? Karena saya ingin sekali anak-anak
bebas membaca, tidak terpaku dengan berita-berita “orang potong-potong” yang
membuat anak-anakku takut untuk pergi ke perpustakaan di sekolah, tidak
dimarahi oleh orang juga ketika mereka lagi asik berdiskusi gaya anak-anak pada
umumnya (ribut-ribut lucu), dan lain sebagainya. Hal itulah yang membuat saya
sangat memiliki keinginan kuat untuk membangun perpustakaan di bawah kampung.
Ketika saya tidak mendapat dukungan itu, dalam arti Bapak Kepala Kampung belum
siap untuk itu, saya tidak langsung patah semangat. Saya berpikir untuk
advokasi terselubung ke masyarakat, siapa tahu ada yang ikhlas menyisihkan
sebagian rumahnya untuk perpustakaan anak-anak.
Seringkali
saya bercerita kepada Kakak Eka, termasuk tentang niat membangun perpustakaan
ini. Kakak Eka beserta dua guru honor lainnnya, Kakak Hawa dan Kakak Ratna
sangat setuju sekali sama saya tentang perpustakaan ini. kemudian, suatu hari,
di saat saya baru sampai di kampung, karena ada urusan di kota, saya memang
biasa langsung mengunjungi rumah Kakak Eka untuk sekedar bercerita. Kemudian,
Kakak Eka langsung menyambut saya dengan bahagia. “Hei Cahaya, ada sebuah
kejutan untuk kamu”, kata kakak Eka sambil menarik-narik tangan saya untuk
menuju ke sebuah ruangan. Saya langsung masuk ke ruangan itu dan saya bingung
harus berkata apa. Perasaan terharu, bahagia, semua tercampur menjadi satu.
Benar sekali itu adalah sebuah kejutan untuk saya, saya melihat sebuah rak yang
di dalamnya ada buku-buku yang tersusun rapi sekali. Saya langsung memeluk
Kakak Eka dan mengucapkan terima kasih. Setelah saya tanya, ternyata yang
merapihkan ini semua adalah Kakak Eka, Kakak Hawa, dan Kakak Ratna.
Keesokan
harinya, saya langsung mengajak anak-anak dan guru-guru untuk menghias
perpustakaan itu, yah menghias dengan bahan seadanya, yang penting terlihat
lebih menarik. Kemudian, saya lebih senang lagi, perpustakaan itu selalu ramai,
mulai dari anak-anak kecil sampai orang dewasa. Setidaknya ini mendorong
masyarakat untuk gerakan “Ayo Membaca”.
Selalu
percaya dan keep positive thingking ya untuk segala sesuatu. Jangan pantang
menyerah dengan terpaan-terpaan yang menghadang kita.
Fakfak, 4 Maret 2015
Komentar
Posting Komentar