Hijab memang sudah tak asing lagi
di kampungku. Dimulai dari anak-anak hingga orang dewasa sudah mulai memakai
hijab, walaupun dipakai hanya ketika
sekolah dan ketika pergi ke luar kampung atau ketika ada acara-acara hajat.
Lain berbeda dengan anak-anak muridku. Anak-anak perempuanku memakai hijab
ketika sekolah saja atau ketika ada acara-acara keagamaan. Bahkan mereka masih
suka untuk membuka baju ketika mau mandi di laut.
Kedatanganku di kampung Urat
ternyata membawa dampak yang cukup besar dalam persoalan agama. Memang benar,
aku adalah Indonesia Mengajar pertama di kampung Urat yang memakai jilbab.
Mereka menganggapku adalah seorang ustadzah yang sangat menguasai agama.
Ditambah lagi aku juga mengajar anak-anak mengaji dan seringkali bercerita
tentang keagamaan, baik itu cerita rasul dan nabi atau cerita-cerita yang ada
di Al-Qur’an. Sungguh, itupun aku harus mempelajarinya terlebih dahulu. Memang
benar ya, disinilah aku banyak belajar.
Anak-anakku, murid perempuan,
mereka memang ke sekolah memakai hijab, tetapi ketika selesai sekolah, mereka
melepas jilbabnya. Berbeda dengan adik piaraku yang sekarang, Ita namanya,
beberapa bulan aku di Kampung Urat, adik piaraku seringkali belajar memakai
jilbab. Kemudian, seringkali aku menceritakan tentang kisah-kisah orang
berjilbab dan hukumnya bagi seorang perempuan. Suatu hari, secara spontan, Ita
berkata,”Ibu, beta mau belajar pakai jilbab setiap hari seperti ibu ya”. Jelas
aku langsung terkejut mendengar perkataan itu keluar dari bibir seorang anak
kecil yang lugu. Kemudian, aku langsung menjawab,”Iya sayang boleh, kamu
belajar saja dulu tara apa-apa dari sekarang ya, tetapi jangan dipaksakan ya
sayang. Yang penting belajar memakai dulu dari sekarang”. “Iya ibu, beta mau
belajar, tidak apa-apa baju pendek dulu toh ibu, yang penting sa pu rambut
tertutup toh ibu”, balas Ita. Aku langsung tersenyum dan mengiyakan. Setelah
dari itu, saya memang melihat Ita masih belum konsisten dengan jilbabnya, dan
saya pun tidak memaksakan Ita untuk rajin memakai karena masih dalam proses
belajar.
Setelah saya lumayan lama di
kota, karena ada urusan tertentu, saya melihat sesuatu yang berbeda dari Ita.
Ia makin cantik sekali dengan balutan jilbab di wajahnya, dan memakai baju
serta celana panjang. Saya perhatikan dari atas sampai bawah, dan ini bertahan
hingga beberapa hari ke depannya. Ternyata benar, Ita benar-benar konsisten
dalam berhijab. Dengan senang hati saya memujinya, “sayang, ko makin cantik
saja memakai jilbab. ini mau dipakai terus kah atau bagaimana?”. “Ibu, beta mau
pakai terus ibu, beta mau kumpul=kumpul baju panjang, jilbab-jilbab lai. Kan
wanita Muslim harusnya pakai jilbab terus toh ibu untuk menutupi aurat”,
jawabnya dengan malu-malu. Sungguh saya terharu mendengar jawaban Ita. adik piaraku
yang lugu dan polos, sekarang semakin cantik dengan balutan hijab di wajahnya
dan ia semakin rajin belajar agama. Syukurlah, alhamdulillah. Semoga Ita tetap
konsisten dengan jilbabnya dan semakin rajin belajar agama, serta bisa menjadi
contoh untuk teman-temannya yang lain. Amin ya Rabb.
Komentar
Posting Komentar