Sekolah Dasar Inpres
Urat yang berada di Kampung Urat, Distrik Fakfak Timur merupakan SD
satu-satunya yang berada di kampung Urat. Bayangkan, satu sekolah hanya berisi
41 murid. Betapa kecilnya kampung ini bukan? Harusnya ini membuat para guru
semakin semangat untuk mengajar anak-anak hebat disini. Karena mereka masih
semangat sekolah walaupun jumlah mereka hanya sedikit.
Setahun lebih lamanya
guru di SD Inpres Urat terlihat sepi sekali. Tetapi, berbeda di tahun ajaran
sekarang. Saya, Pengajar Muda yang ditempatkan disini sangat senang ketika
mendengar ada tambahan guru honor di sekolah kami. Wah, syukur alhamdulillah
jadi banyak guru yang mengajar dan bisa lebih fokus kepada satu kelas. tetapi,
ternyata memang tidak akan sepenuhnya fokus pada satu kelas. setiap hari pasti
merasakan yang namanya kelas rangkap.
Ibu Hawa, begitulah
anak-anak memanggilnya. Beliau merupakan salah satu guru honor baru yang
mengajar di SD Inpres Urat. Masih muda dan rela untuk datang ke kampung sendiri
demi mengajar anak-anak murid disini yang selalu merindukan kehadiran guru. Ibu
Hawa masih terlihat sekali semangatnya dalam mengajar anak-anak. Keinginan mau
belajar beliau juga sangat tinggi untuk hal-hal yang baru. Saya senang sekali
berbagi dengannya. Beliau yang sering meminta untuk diajarkan bagaimana cara
mengatasi anak-anak. Beliau ditempatkan kepala sekolah di kelas 1 dan 2.
Dua bulan sudah Ibu
Hawa berada di kampung ini untuk mengajar anak-anak hebat disini. Beliau
termasuk guru yang sangat sabar dalam menghadapi keaktifan anak-anak kelas 1
dan 2 yang bisa dibilang sangat luar biasa. Saya juga melihat bagaimana beliau
mengajar anak-anak. Beliau termasuk guru yang sering mempraktekan metode-metode
yang saya ajarkan.
Satu hari ketika
sedang hujan, saya keluar kelas untuk melihat-lihat kelas yang sedang belajar.
Saya melihat Ibu Hawa yang sedang berdiri di depan kelas berbicara, tetapi
anak-anak tidak ada yang mau mendengar. Sungguh luar biasa ya anak-anak hebat
ini. kemudian, ketika istirahat tiba, aku hanya memandangi wajah Ibu Hawa
menunggu mungkin ada yang ingin diceritakan atau ditanyakan oleh Ibu Hawa
kepada saya.
Beliau tersenyum, dan
benar saja beliau bertanya, “Ibu, saya sudah kehabisan metode. Metode yang ibu
ajarkan sudah saya praktekan. Tetapi, kenapa mereka tidak mau mendengarkan saya
ya ibu? Kalau Ibu Cahaya yang bicara, pasti mereka dengar”. Saya terhenyak
ketika mendengar pertanyaan Ibu Hawa. “ah, tidak juga ibu. Mereka juga tidak
selalu dengar apa yang saya katakan. Terkadang mereka juga melawan. Tetapi,
ketika mereka melawan saya kembalikan kepada peraturan di kelas. terkadang juga
saya biarkan, dan saya beri dongeng-dongeng mujarab ibu. Ohya, ibu ada yang mau
diceritakankah? Wajah ibu sangat murung sekali”, jawab saya.
Kemudian, Ibu Hawa menunduk,
dan air mata terjatuh ke lantai. Ibu Hawa menangis. Aku sampai tidak tega
melihat Ibu Hawa yang kuat menangis di depan saya. Beliau sedih kenapa beliau
tidak bisa mengatasi anak-anak. Beliau sedih kenapa anak-anak tidak menurut
kepada Ibu Hawa, kalau sama Indonesia Mengajar mereka sangat penurut. Akhirnya
pelan-pelan saya jelaskan ualng kembali metode mencari perhatiannya anak-anak.
Saya juga menjelaskan bahwasanya Indonesia Mengajar bukanlah guru kesayangan
bagi anak-anak murid, melainkan semua guru yang ada disini pasti murid juga
sayang dan mau mendengarkan. Anak-anak murid sayang kepada semua gurunya.
Tinggal bagaimana kita menumbuhkan rasa kasih sayang itu diantara guru dan
murid.
Fighting Ibu Hawa J
Komentar
Posting Komentar