Setelah
beberapa hari lamanya anak-anak libur sekolah, lebih tepatnya libur hari pascah
disusul dengan libur karena anak-anak kelas 6 ujian sekolah, aku berada di kota
karena ada beberapa urusan yang harus diselesaikan. Sekembalinya aku di
kampung, aku melihat beberapa suara merdu yang selalu dinyanyikan setiap pagi
dan sore hari. Sebelum aku membocorkan suara apa itu, aku akan bercerita
sedikit sebagai prolognya.
Singkat
cerita, di kampung memang dalam hal kegiatan keagamaan dirasa kurang. Kemudian,
pengajar muda (PM) 2 di kampung saya, Pak Guru Fahmi,menggagas yang namanya
kegiatan mengaji di masjid. Anak-anak sangat senang sekali dengan kegiatan ini,
begitu juga dengan Bapak Imam di kampung. Agar kegiatan ini berlanjut dan menjadi
suatu hal yang positif, maka PM selanjutnya, Pak Guru Angga, melanjutkan
kegiatan ini. Anak-anak sangat ramai sekali yang datang mengaji. Karena dalam
kegiatan inilah anak-anak baru bisa belajar mengaji dan mendapatkan
cerita-cerita tentang agama.
Awal
kedatangan saya di kampung, saya juga telah bertekad bahwa saya harus
melanjutkan program ini untuk menyenggol stakeholder lain agar mau bergerak
bersama. Tetapi sangat disayangkan, jika saya sedang ada urusan di kota, maka
kegiatan mengaji pun akan berhenti sementara. Kemudian, setelah kedatangan guru
honor baru di sekolah saya, guru honor dan guru kontrak tersebut membantu saya
mengajar mengaji anak-anak karena ini dirasa
perlu untuk pendidikan agama anak-anak.
Kemudian,
anak-anak satu persatu mulai berguguran. Tetapi jangan salah, anak-anak mulai
berguguran disini ternyata karena muncullah guru-guru mengaji lainnya, yaitu
orang-orang tua yang tahu mengaji. Akhirnya, satu persatu anak-anak mulai
pindah tempat mengaji. Akhirnya ada 3 tempat mengaji anak-anak di kampung, dua
tempat di rumah orang-orang tua di kampung, dan satu tempat di masjid yaitu
dengan saya dan guru-guru yang lain.
Setelah
sekian lama anak-anak libur, saya datang di kampung dalam posisi memang masih
libur sekolah. kemudian, ketika saya bangun pagi, saya mendengar suara-suara
yang sangat merdu. Suara itu meneduhkan hati, dan berbisik dari masing-masing
ujung kampung. ketika aku menelusuri darimana saja suara itu berasal, aku
mendapati tiga tempat suara itu berasal. Pertama, di rumah Bapak Imam Kampung,
kedua di rumah orang yang dituakan di kampung yaitu Tete (Kakek) Anisa, dan
ketika di rumah Tete (Kakek) Yaka. Tidak lain tidak bukan, suara itu adalah
suara anak-anak mengaji dan dilagukan dengan sangat indah sekali. Suara seramai
ini yang belum pernah aku dengar sebelumnya. Suara ini berkumandang di pagi dan
sore hari. Ditambah lagi suara mama-mama yang membangunkan anaknya untuk
menyuruh pergi mengaji. Sangat luar biasa.
Saya
sungguh senang sekali ketika semua orang ikut terlibat dalam kemajuan
pendidikan, bukan hanya pendidikan sekolah tetapi juga pendidikan keagamaan.
Ketika saya sedang memperhatikan mereka sedang mengaji, kemudian Bapak Imam
menghampiri saya dan berkata, “Ibu, maaf eee anak-anak jadi mengaji sama saya
juga”. “oh tidak apa-apa bapak, malah bagus toh, anak-anak jadi ada guru
mengaji banyak”, jawab saya dengan senang hati. “Iya ibu, beta dan yang lain
juga berpikir, kalau ibu tidak ada, baru siapa yang ajar mereka kalo bukan katong toh ibu, agar mereka pemahaman
agamanya semakin kuat”, balas Bapak Imam. “Itu sudah bapak, jangan merasa tidak
enak, karena katong sama-sama bergerak sudah”, balas saya.
Yakinlah,
sekecil apapun perbuatan yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh, percayalah
bahwa orang-orang diam-diam memperhatikan dan mulai belajar. Belajar untuk
menjadi lebih baik. Diam bukan berarti tidak menyadari dan tidak peduli.
Ternyata diam juga sedang memikirkan bagaimana caranya untuk berubah dan hal
apa yang harus dilakukan demi perubahan yang lebih baik.
Komentar
Posting Komentar